OBJEK WISATA PANTAI TETE TONRA
Pantai Tete terletak dibagian selatan Bone sekitan 61 km dari pusat kota
Watampone. Tepatnya di desa Bone Pute kecamatan Tonra. Masuk melalui
desa Gareccing sekitar 3 km dari jalan poros Bone Sinjai. Sebenarnya
pantai Tete selain tempat rekreasi juga merupakan Pusat Pelatihan bagi
para Prajurit baru TNI. Ditempat inilah para prajurit(tentara) melakukan
rangkaian prosesi latihan fisik. Dan pada akhirnya ditempat inilah para
prajurit baru dikukuhkan. Bahkan tempat ini sering dijadikan simulasi
perang karena bisa mengkafer semua marga mulai dari laut, udara, dan
darat. Ironisnya, Pantai Tete ini tidak dikelola dengan baik oleh
pemerintah setempat padahal setiap tahunnya pemasukan dari wisatawan
lokal ini bisa mencapai ratusan juta rupiah. Dulu Jalan masuk menuju
pantai Tete rusak berat, namun sekarang sudah baik, telah di lakukan
perbaikan jalan beberapa bulan lalu. Namun kadang juga sepi kalau
hari-hari biasa, paling ramai itu hari sabtu dan minggu, juga
waktu-waktu tertentu lainnya. Daratan
yang membelah laut ternyata bukan hanya terjadi dalam dongeng atau
cerita fiksi.
Hal tersebut bisa disaksikan kala kita berkunjung ke
Pantai Tete (Tete baca E-nya seperti pada kata SORE/KERE) atau biasa juga disebut Pantai Bone Pute di Desa Bone Pute Kecamatan Tonra Kabupaten Bone. Pantai nan eksotik
ini berjarak sekitar 60 KM ke arah selatan (trans Watampone-Sinjai) kota
Watampone ibukota Kabupaten Bone.
Sebenarnya Pantai Tete adalah kawasan camp pelatihan bagi prajurit Angkatan Darat, di bulan-bulan tertentu Pantai Tete akan diramaikan oleh prajurit-prajurit TNI AD yang menggunakan Pantai Tete sebagai tempat latihan rimba laut untuk para prajurit infanteri yang sementara digodok di DODIKLATPUR Bance’e Kodam VII/Wirabuana. Di luar masa pelatihan, kawasan Pantai Tete ramai dikunjungi oleh masyarakat di sekitar Kecamatan Tonra bahkan dari kota Watampone dan Kabupaten Sinjai, apalagi saat wiken dan libur hari-hari besar.
Sebenarnya Pantai Tete adalah kawasan camp pelatihan bagi prajurit Angkatan Darat, di bulan-bulan tertentu Pantai Tete akan diramaikan oleh prajurit-prajurit TNI AD yang menggunakan Pantai Tete sebagai tempat latihan rimba laut untuk para prajurit infanteri yang sementara digodok di DODIKLATPUR Bance’e Kodam VII/Wirabuana. Di luar masa pelatihan, kawasan Pantai Tete ramai dikunjungi oleh masyarakat di sekitar Kecamatan Tonra bahkan dari kota Watampone dan Kabupaten Sinjai, apalagi saat wiken dan libur hari-hari besar.
Di sekitar kawasan Pantai Tete
terdapat beberapa fasilitas seperti kamar mandi dan ruang ganti, selain
itu terdapat juga barak-barak prajurit yang difungsikan saat masa
pelatihan. Namun kondisi dari pantai yang kurang terawat sehingga
terkesan jorok, di sana sini nampak tumpukan sampah, baik yang terbawa
oleh air laut maupun yang dibawa oleh pengunjung yang kurang sadar akan
kebersihan. Pantai Tete
saat ini dikelola dan dijaga oleh beberapa personil TNI, tapi
sepertinya hanya sekedar menjaga fasilitas mereka yang banyak dibangun
di sekitar pantai. Kebersihan dan kenyamanan pantai tetap kembali kepada
pengunjung, jangan seenaknya membuang sampah di sembarang tempat.
Kawasan Pantai Tete juga punya nilai sejarah, menurut warga sekitar, Pantai Tete pernah digunakan sebagai tempat mediasi pada antara pemberonta DI/TII dengan TNI sekitar tahun 60an. Yang unik dari Pantai Tete
adalah adanya sebuah jalan yang membelah lautan sepanjang kurang lebih 1
KM menuju ke sebuah pulau di sebelah timur pantai, Pulau Bulu’ Betta’. Jalan yang terbentuk dari proses sedimentasi
pasir akibat pertemuan arus air laut ini hanya bisa kita lihat saat
laut sedang surut. Lebarnya bervariasi antara 3 meter sampai 5 meter,
sehingga kadang ada pengunjung yang menyeberangkan kendaraan roda empat
ke Pulau Bulu’ Betta’ di seberang pantai Tete.
Di balik keunikan Pantai Tete,
pengunjung harus tetap waspada membaca situasi pasang surut air laut.
Menurut informasi warga sekitar, sudah banyak korban tenggelam di jalan
pasir tersebut, itu karena kelalaian mereka yang tidak memperkirakan
kapan air laut akan pasang. Saat berada di Pulau Bulu’ Betta’
mereka tidak sadar bahwa air laut sudah pasang sehingga jalan
penghubung antara pulau dan pantai mulai tertutup air laut, akhirnya
mereka hanya mampu menerka jalur jalan pasir yang berkelok-kelok. Korban
yang tenggelam karena kemungkinan mereka menempuh jalur yang salah,
bagian laut dalam yang dianggap bagian dari jalan pasir.
Pantai
Tete bisa diakses dengan mudah, dari kota Watampone bisa menggunakan
transportasi umum menuju ke Desa Gareccing sekitar 56 KM, kemudian di
tepi jalan sebelah kiri akan nampak sebuah plan yang akan menuntun
menuju ke Pantai Tete sejauh 4 KM. kondisi jalan berbukit namun sudah
diaspal
0 comments:
Post a Comment